DI MERAUKE, ANAK PAPUA YANG CERDAS DIDATA
Merauke, 7/2 (Jubi) – Para kepala sekolah (Kepsek) dari tingkat SD hingga SMA/SMK diinstruksikan untuk mendata semua anak-anak Papua yang memiliki kemampuan dalam bidang ilmu pengetahuan. Sehingga nantinya akan diberikan perhatian secara khusus oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Merauke.
“Saya kira para Kepsek lebih mengetahui akan kemampuan dari setiap anak di sekolah, terutama adalah orang asli Papua. Kalau bisa, mereka yang mempunyai otak ‘encer,’ agar didatakan dan segera diserahkan. Karena nantinya akan ada rencana untuk dikirim sekolah di beberapa sekolah unggulan di Jakarta bahkan luar negeri,” pinta Bupati Merauke, Romanus Mbaraka, dalam pertemuan bersama para Kepsek yang berlangsung di Aula Noken Sai, Merauke, Papua, Jumat (7/2).
Dikatakan, dalam tahun ini, sepuluh orang anak asli Papua, akan dikirim melanjutkan studi di Jerman. Kini mereka sedang mendapat pembekalan dan bulan depan sudah terbang ke sana. “Saya juga menyesal, karena dari sepuluh itu, satu anak dari Kimaam, memilih pulang ke kampung halaman tanpa alasan jelas,” ujarnya.
Padahal, lanjut Bupati Merauke, berbagai fasilitas termasuk biaya pendidikan ditanggung Pemkab Merauke. “Memang sudah ada kerjasama dengan beberapa negara lain seperti Amerika Serikat dan Australia. Kebetulan ada teman-teman saya di dua negara itu. Dan, mereka bersedia memfasilitasi anak-anak dari Papua untuk mengenyam pendidikan lagi,” tandasnya. “Saya memilih anak-anak yang memiliki inteligensi bagus. Meskipun satu atau dua orang yang dikirim, namun pasti akan menyelesaikan studi dengan baik,” tuturnya.
Kepsek SMP/SMA Satu Atap Wasur, Sergius Womsiwor mengaku hampir 90 persen anak-anak yang mengenyam pendidikan di sekolah tersebut adalah putra-putri asli Papua. “Saya akan menyerahkan juga beberapa nama yang dimintakan oleh Pak Bupati Merauke. Karena mereka memiliki prestasi baik,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Womsiwor juga meminta kepada pemerintah agar membangun lagi asrama agar dapat menampung anak-anak yang ada. Karena kondisi bangunan asrama sekarang, tidak memadai lagi. Sehingga banyak anak-anak terpaksa tidur di ruangan kelas pada malam hari. “Kami masih punya lahan yang sangat luas untuk pembangunan asrama ,” katanya. (Jubi/Frans L Kobun)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar